Perawat RSUD Arifin Achmad, Musda Delitah Menyuluhkan Tirah Baring

Perawat RSUD Arifin Achmad, Musda Delitah Menyuluhkan Tirah Baring

Ketika berobat dan diputuskan untuk menjalani perawatan rawat inap di rumah sakit, tak jarang beberapa pasien yang mengidap penyakit tertentu harus melakukan tirah baring hingga mencapai kondisi tertentu. Tirah baring dilakukan agar penyakit yang diderita tidak semakin parah dan bisa mempercepat kesembuhan.

Perawat RSUD RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Ns. Musda Delitah, S.Kep yang menjadi narasumber dalam penyuluhan yang diadakan Unit PKRS berjudul “ Tirah Baring ” kepada keluarga pasien di gedung medikal menyampaika bahwa Tirah Baring adalah keadaan dimana pasien harus istirahat di tempat tidur, tidak bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau gangguan pada alat / organ tubuh yang bersifat fisik atau mental.

Selama menjalani tirah baring, ada beberapa dampak buruk yang bisa terjadi pada pasien yakni : terjadinya gumpalan darah dalam pembuluh darah, luka tekan (dekubitus), Infeksi Paru, dan kelakuan sendi. Bila hal ini terjadi segera laporkan ke petugas medis terkait agar diberikan penanganan lebih lanjut.

Untuk mencegah dampak diatas, kepada masyarakat yang sedang tirah baring di rumah sakit Ns. Musda Delitah, S.Kep menghimbau untuk melakukan latihan rentang gerak rutin beberapa jam sekali. Caranya dapat dilihat pada flyer diatas. Sebelum mencobanya pastikan kepada dokter penanggung jawab bahwa gerakan latihan tersebut aman sehingga tidak menganggu proses penyembuhan.

Pasien tirah baring yang lumpuh sebagian atau seluruhnya akibat strok dapat mengalami sejumlah kemungkinan komplikasi, seperti luka baring, infeksi saluran kemih, dan infeksi paru-paru.
Perawatan pasien atau kerabat yang terbaring di tempat tidur dengan suatu cara yang membantu mencegah timbulnya komplikasi dapat dilakukan dengan memastikan aspek vital kesehatan pasien atau kerabat tersebut diatur sesuai anjuran dokternya, seperti menjaga kesehatan tekanan darah, suhu tubuh, dan tingkat glukosa darah.

Meskipun pasien tirah baring Meskipun pasien tirah baring yang mengalami lumpuh sebagian atau seluruhnya akibat strok harus diberi pengobatan fisioterapi dan perawatan medis yang tepat, ada juga sejumlah komplikasi yang berpotensi memperburuk kondisi pasien. Untuk alasan ini, maka harus dilakukan tindakan pencegahan tertentu.Komplikasi umum yang terkait dengan pasien tirah baring Luka baring

Luka baring terjadi ketika area kulit berada di bawah tekanan dalam jangka waktu yang lama sehingga menyebabkan darah tidak dapat mencapai jaringan kulit tertekan dengan benar. Kurangnya sirkulasi darah ini menyebabkan luka merah yang dapat memengaruhi kulit dalam dan jaringan otot di area tersebut.

Ada 4 tahapan terkait luka baring:

Tahapan pertama: Sakit merah yang tidak kunjung hilang saat ditekan oleh jari.Tahapan kedua: Beberapa area kulit mulai mengelupas, sedangkan luka mungkin mulai melepuh atau berubah menjadi luka yang dangkal.
Tahapan ketiga: Luka terbuka yang mencapai lapisan lemak jaringan kulit. Otot dan tulang belum terlihat.
Tahapan keempat: Luka terbuka yang mencapai otot, tendon, dan tulang.Luka baring cenderung terjadi di area penonjolan tulang. Luka baring dapat menyebabkan nyeri dan infeksi, dan luka yang tidak diobati dapat menyebabkan infeksi yang sangat rumit.

Luka baring dapat dicegah dengan memindahkan pasien dari satu sisi ke sisi lain dan mengubah posisi berbaring setiap 2 jam. Tindakan ini contohnya, memindahkan pasien dari posisi berbaring miring ke kiri ke posisi berbaring telentang, ke kanan, atau di depan (jika perlu). Selain itu, bantal, kasur udara, atau selimut lembut dapat digunakan sebagai bantalan titik kontak utama dan menghindari gesekan.Jika nyeri baring bertambah parah, segera obati dengan mengurangi beban di area kulit tersebut.

Infeksi paru-paru akibat masalah menelan
Infeksi paru-paru pada pasien tirah baring biasanya terjadi akibat menelan makanan karena menelan makanan bukanlah suatu hal yang mudah bagi kelompok pasien ini. Jika staf medis menganggap pasien tirah baring tidak dapat menelan secara mandiri, staf medis akan menyarankan pemasangan selang di lokasi yang memungkinkan makanan untuk dimasukkan ke dalam tubuh, sembari pasien dilatih kembali secara bertahap untuk menelan setiap jenis makanan. Dalam kurun waktu ini, pasien mungkin diberi makanan cair, seperti bubur nasi, untuk menganalisis kesiapan mereka menelan lebih banyak makanan padat. Namun, posisi makan pasien juga dapat disesuaikan untuk memastikan mereka duduk tegak 90 derajat dari tempat tidur.