Nasib CRU Kec. Sampoiniet, Aceh Jaya; Terbengkalai dan Sepi Pengunjung

Nasib CRU Kec. Sampoiniet, Aceh Jaya; Terbengkalai dan Sepi Pengunjung

ACEH JAYA,- “Begitulah kondisi sekarang, bagaimana wisatawan datang sedangkan bangunan kamp saja rusak bahkan untuk tempat kami biasa istirahat pun sudah rusak parah,” kata Boyhaqi.

Conservation Response Unit (CRU) Sampoiniet menjadi salah satu destinasi ekowisata di Kabupaten Aceh Jaya, kini terbengkalai dan sepi pengunjung. Tiga ekor gajah jinak yang dirawat oleh petugas CRU menjadi magnet wisatawan lokal bahkan mancanegara untuk berkunjung. Keindahan alam hutan Ulu Masen serta Sungai Ligan yang mempesona kini hanya tinggal cerita.

Pantauan Bithe.co terlihat bangunan (kamp) CRU rusak parah, beberapa fasilitas sudah mulai rusak, dan tidak ada tanda-tanda pengunjung yang datang ke lokasi. Salah seorang petugas CRU Sampoiniet, Boyhaqi mengatakan kondisi CRU terbengkalai dan sepi pengunjung ini sudah terjadi sejak beberapa bulan yang lalu.

Tidak ada kejelasan perawatan bangunan menjadi salah satu faktor mengapa bangunan CRU Sampoiniet terbengkalai tak terurus. “Begitulah kondisi sekarang, bagaimana wisatawan datang sedangkan bangunan kamp saja rusak bahkan untuk tempat kami biasa istirahat pun sudah rusak parah,” kata Boyhaqi.

Boyhaqi, menambahkan jika dulu ekowisata CRU Sampoiniet selalu ramai pengunjung apalagi musim libur panjang. Dampaknya tidak hanya bagi CRU, namun juga menopang ekonomi warga di sekitar kamp CRU Sampoiniet. “Kalau ada tamu yang mau berkunjung pun terpaksa kami tolak karena tidak ada fasilitas yang layak, bangunan sudah rusak semua,” ujarnya.

Pria yang kerap disapa Paman Boy itu menjelaskan, saat ini ia dan petugas lainnya hanya merawat tiga ekor gajah jinak untuk merespon konflik gajah yang kerap masuk pemukiman dan merusak kebun warga. Kondisi bangunan CRU Sampoiniet rusak parah.

Nurhayati (23), mahasiswa yang berkunjung untuk kebutuhan penelitian di sekitar lokasi CRU Sampoiniet, sangat menyayangkan melihat kondisi kamp CRU rusak tidak terawat. “Padahal dulu CRU ini selalu viral karena bisa memandikan gajah secara langsung di sungai,” ungkap Nurhayati.

Lanjut Nurhayati, selain menjadi tempat penelitian, CRU Sampoiniet juga menjadi pilihan terbaik menghabiskan waktu libur dengan suasana alam yang masih asri jauh dari perkotaan. “Healing terbaik itu ya ke CRU Sampoiniet,” pungkasnya. Ia berharap pemerintah memberikan perhatian khusus untuk pengelolaan ekowisata CRU Sampoiniet. Mengingat CRU tersebut juga digunakan untuk merespon konflik satwa yang terjadi di Aceh Jaya. “Semoga CRU Sampoiniet kembali ke masa jayanya seperti dulu,” tutup Nurhayati.